QQOnline303 Pusatslot Ghacor Kayatogel Kakekpro Rajaslotter Permai99
Begini Kondisi Terkini Gunung Padang Sebagai Piramida Tertua di Dunia

Gunung Padang, sebuah situs sejarah yang telah menjadi sumber misteri selama bertahun-tahun, masih menjadi daya tarik bagi wisatawan, akademisi, dan peneliti. Beberapa pertanyaan utama yang selalu menyelimuti situs ini termasuk usia bebatuan yang digunakan dalam pembangunannya, peradaban yang mungkin melibatkan pembentukan situs ini, dan strukturnya yang terdiri dari batuan yang bersusun ke atas dan sering dianggap mirip dengan bentuk piramida.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), dengan anggota termasuk Professor Danny Hilman Natawidjaja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengklaim bahwa Gunung Padang adalah piramida tertua di dunia. Temuan ini menambah lapisan misteri pada situs ini dan semakin meningkatkan minat terhadapnya.

Kunjungan Pfff ke Gunung Padang yang terletak di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa situs ini masih menarik minat banyak pengunjung. Meskipun waktu kunjungan kami adalah sore hari, kami melihat bahwa area wisata ini masih cukup ramai dengan pengunjung yang datang dengan berbagai kendaraan, seperti motor, mobil, dan bahkan bus shuttle. Petugas yang terlihat cukup banyak di situs ini memberikan informasi dan panduan kepada para pengunjung, membuat pengalaman berkunjung menjadi lebih informatif dan menyenangkan.

Sumur Cikahuripan

Kunjungan ke Gunung Padang dimulai dengan penemuan Sumur Cikahuripan, yang menjadi pusat perhatian segera setelah memasuki situs. Sumur ini digunakan oleh pengunjung untuk membersihkan diri atau mengisi botol dengan airnya yang terletak di dasar sumur. Air sumur ini terasa dingin dan sering digunakan dalam konteks wisata religi dan spiritual. Beberapa pengunjung bahkan mempercayai bahwa air tersebut memiliki sifat penyembuhan atau obat.

Kemudian, di sisi kanan situs, kami menemukan dua jalur yang menuju puncak Gunung Padang. Jalur lama yang lebih dekat memiliki jarak sekitar 175 meter, tetapi dengan bebatuan yang lebih rumit dan tinggi. Di sisi lain, jalur baru memiliki jarak sekitar 305 meter dengan rute yang lebih nyaman. Meskipun jalur lama terlihat lebih sulit, kami memilih untuk menjelajahinya. Saat mendaki, kami hampir tidak melihat pengunjung lain di jalur ini, yang mengindikasikan bahwa kunjungan ke situs ini mungkin sedang sepi pada hari tersebut.

Ketika kami mencapai puncak, kami menemukan banyak pengunjung lain yang menikmati situs ini. Mereka sedang menikmati suasana dengan duduk-duduk, berburu foto, dan beberapa bahkan bergabung dengan rombongan tur yang sedang dipandu oleh petugas situs. Rombongan tur ini terdiri dari sekitar 30 orang dan terlihat sangat antusias dalam mengeksplorasi sejarah Gunung Padang. Di puncak, kami juga melihat berbagai kelompok usia pengunjung, meskipun yang dominan adalah orang dewasa.

Terdapat banyak petugas di puncak dan sekitarnya yang membantu memberikan panduan serta menjaga kebersihan situs ini. Mereka aktif membersihkan sampah daun-daun dan menjaga situs agar tetap bersih. Satu hal yang mencolok adalah ketiadaan sampah sisa makanan atau produk sintetis di situs ini, karena pengunjung dilarang membuang sampah sembarangan dan diwajibkan menjaga kebersihan area situs.

Pemandangan Yang Luar Biasa

Dengan pemandangan yang mengagumkan di atas Gunung Padang, ratusan batuan kolom kekar (columnar joint) membentuk lanskap yang spektakuler. Batuan-batuan ini terlihat tidak beraturan dalam tata letaknya, membentuk kelompok-kelompok yang menarik. Beberapa batuan tersebar secara horizontal, sementara yang lain berdiri secara vertikal, dan banyak pula yang bersudut diagonal. Namun, terlihat pula dampak aktivitas wisatawan yang sering duduk atau berdiri di atas batuan vertikal. Oleh karena itu, pengunjung dilarang untuk berduduk atau berdiri di atas batuan vertikal agar tidak merusak tata letak asli batuan di situs Cagar Budaya Gunung Padang ini.

Situs Gunung Padang buka mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, sehingga semakin sore, jumlah pengunjung di situs ini semakin berkurang. Meskipun demikian, ada beberapa rombongan pengunjung yang memilih untuk tinggal dan berdiam diri di bangunan yang tersedia di situs. Mereka datang dengan tujuan meditasi dan berdoa, dan pada hari kunjungan kami, beberapa pengunjung ingin menjalani wisata malam di Gunung Padang, terutama karena pada waktu tersebut sedang terjadi Gerhana Bulan.

Menurut penjaga situs, kunjungan malam di Gunung Padang hanya diperbolehkan untuk aktivitas yang memiliki relevansi dengan kegiatan religius, spiritual, meditasi, atau pengamatan astronomi. Pengunjung yang memutuskan berkunjung di malam hari harus didampingi oleh petugas atau pemandu yang telah ditunjuk oleh situs ini. Selama kunjungan kami, tidak terlihat banyak turis mancanegara di situs ini, dengan pengunjung yang didominasi oleh wisatawan lokal.

Keesokan harinya, pada Minggu (30/10/2023), kami menyaksikan lonjakan kunjungan ke situs Gunung Padang. Area parkir di depan situs dipenuhi oleh lebih banyak sepeda motor, mobil, dan Bus Shuttle yang membawa pengunjung. Pada hari ini, keragaman pengunjung semakin meningkat, dengan kehadiran banyak anak muda yang lebih mencolok dibandingkan dengan hari sebelumnya.

You Might Also Like